free web site traffic and promotion

Kamis, 26 Juli 2012

Kepura-puraan Sejati


Adalah perjalanan panjang bagi setiap orang  dalam menemukan dan memegang erat sebuah keyakinan. Sejak ia mulai berfikir tentang berbagai hal menyangkut perikehidupannya, segala daya dan upaya memperjuangkan eksistensi keyakinannya terus menerus dilakukan. Bahkan menjelang akhir hayatpun yakni ketika sang maut menjemput perjuangan ini tetap berlangsung dan baru akan berhenti setelah meregang nyawa.

Dikatakan pada saat sakaratul muat seseorang masih berjuang mempertahankan eksistensi keyakinannya, yakni bahwa syetan senantiasa menggoda dan berusaha menggelincirkan keyakinan tersebut kepada dhon (hal-hal tidak jelas berupa persangkaan dan menduga-duga). Pada gilirannya seseorang yang telah kuat keyakinannya sekalipun bisa saja terjerumus kepada jurang kemusyrikan dengan persangkaan-persangkaan tipu muslihat syetan la’natulloh ‘alaih. Inilah sekelumit peristiwa sebagai bahan kajian antara perjalanan hidup dan keyakinan bagi setiap orang dengan berbagai episode dan romantisme kehidupannya.

Kemana seseorang melangkah sesungguhnya kearah keyakinanlah ia menuju. Karya dan karsa serta semangat yang menggelora semuanya hanya demi sebuah cita-cta yang diyakini. Sejujurnya, hidup adalah perjuangan untuk mempertahankan sebuah keyakinan. Kendati yang menjalani hidup dan kehidupan ini tak menyadari hal itu, karena mensikapi hidup seakan air mengalir yang  melintas dan membekas jejak dan  alur sungai. Padahal setiap helaan nafas yang terkadang pendek, kadang pula sehalus dan sepanjang bentangan harapan lambat laun berakhir dan memasuki sebuah alam keyakinan.

Setiap episode yang dilalui dalam hidup ini menjadi tidak berarti ketika hilang lenyapnya sebuah keyakinan yang jelas-jelas merupakan  bagian dari sebuah proses wujudnya kehidupan. Hidup yang dijalani jadi tanpa makna, kendati banyak sekali makna-makna khayali dengan kesuksesan imitasi yang diraih dan beperjuangkan dengan sepenuh hati.
Sebaliknyam semua peristiwa semenjak seseorang dapat mengingat sesuatu hingga pada masa yang terkadang tak ingat sesuatu, ketika diperuntukan bagi bertambah sempurnanya bangunan keyakinan, maka itulah sebenarnya makna dari kehidupan yang berkeyakinan.

Hanya sebuah kepura-puraan sejati yang menyangkal bahwa kita tak pernah punya keyakinan, karena sesungguhnya keyakinan itu ada dan tumbuh semenjak jiwa bisa memahami kaitan antara ia dengan Sang Maha Pencipta. Keyakinan itu berkembang menuju kesempurnaannya, sejalan dengan penunaian amanat ibadah yang dipikulkan kepada setiap makhluq manusia. “dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).”

Wallohu’alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar