Adalah perjalanan panjang bagi setiap orang dalam menemukan
dan memegang erat sebuah keyakinan. Sejak ia mulai berfikir tentang berbagai hal
menyangkut perikehidupannya, segala daya dan upaya memperjuangkan eksistensi keyakinannya
terus menerus dilakukan. Bahkan menjelang akhir hayatpun yakni ketika sang maut menjemput perjuangan ini
tetap berlangsung dan baru akan berhenti setelah meregang nyawa.
Dikatakan pada saat sakaratul muat seseorang
masih berjuang mempertahankan eksistensi keyakinannya, yakni bahwa syetan senantiasa
menggoda dan berusaha menggelincirkan keyakinan tersebut kepada dhon (hal-hal
tidak jelas berupa persangkaan dan menduga-duga). Pada gilirannya seseorang
yang telah kuat keyakinannya sekalipun bisa saja terjerumus kepada jurang
kemusyrikan dengan persangkaan-persangkaan tipu muslihat syetan la’natulloh
‘alaih. Inilah sekelumit peristiwa sebagai bahan kajian antara perjalanan hidup
dan keyakinan bagi setiap orang dengan berbagai episode dan romantisme
kehidupannya.
Kemana seseorang melangkah sesungguhnya kearah
keyakinanlah ia menuju. Karya dan karsa serta semangat yang menggelora semuanya
hanya demi sebuah cita-cta yang diyakini. Sejujurnya, hidup adalah perjuangan
untuk mempertahankan sebuah keyakinan. Kendati yang menjalani hidup dan
kehidupan ini tak menyadari hal itu, karena mensikapi hidup seakan air mengalir
yang melintas dan membekas jejak dan alur sungai. Padahal setiap helaan nafas yang
terkadang pendek, kadang pula sehalus dan sepanjang bentangan harapan lambat
laun berakhir dan memasuki sebuah alam keyakinan.
Setiap episode yang dilalui dalam hidup ini
menjadi tidak berarti ketika hilang lenyapnya sebuah keyakinan yang jelas-jelas
merupakan bagian dari sebuah proses wujudnya kehidupan. Hidup yang
dijalani jadi tanpa makna, kendati banyak sekali makna-makna khayali
dengan kesuksesan imitasi yang diraih dan beperjuangkan dengan sepenuh
hati.
Sebaliknyam semua peristiwa semenjak seseorang dapat
mengingat sesuatu hingga pada masa yang terkadang tak ingat sesuatu, ketika diperuntukan
bagi bertambah sempurnanya bangunan keyakinan, maka itulah sebenarnya makna
dari kehidupan yang berkeyakinan.
Hanya sebuah kepura-puraan sejati yang
menyangkal bahwa kita tak pernah punya keyakinan, karena sesungguhnya keyakinan
itu ada dan tumbuh semenjak jiwa bisa memahami kaitan antara ia dengan Sang
Maha Pencipta. Keyakinan itu berkembang menuju kesempurnaannya, sejalan dengan
penunaian amanat ibadah yang dipikulkan kepada setiap makhluq manusia. “dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu
yang diyakini (ajal).”
Wallohu’alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar