free web site traffic and promotion

Sabtu, 28 Juli 2012

Ketidakberdayaan


http://karakterjiwa.blogspot.com

Hampir saja ketidakberdayaan menyulut prahara besar dalam perjalanan hidupku ini, noktah-noktah kepicikan jiwa terlontar menjadi percikan api kemunafikan yang mungkin pada gilirannya mejelma sebuah kebakaran harta tak ternilai harganya bagi seorang yang berkeyakinan, beraqidah.

Kamis, 26 Juli 2012

Kepura-puraan Sejati


Adalah perjalanan panjang bagi setiap orang  dalam menemukan dan memegang erat sebuah keyakinan. Sejak ia mulai berfikir tentang berbagai hal menyangkut perikehidupannya, segala daya dan upaya memperjuangkan eksistensi keyakinannya terus menerus dilakukan. Bahkan menjelang akhir hayatpun yakni ketika sang maut menjemput perjuangan ini tetap berlangsung dan baru akan berhenti setelah meregang nyawa.

Dikatakan pada saat sakaratul muat seseorang masih berjuang mempertahankan eksistensi keyakinannya, yakni bahwa syetan senantiasa menggoda dan berusaha menggelincirkan keyakinan tersebut kepada dhon (hal-hal tidak jelas berupa persangkaan dan menduga-duga). Pada gilirannya seseorang yang telah kuat keyakinannya sekalipun bisa saja terjerumus kepada jurang kemusyrikan dengan persangkaan-persangkaan tipu muslihat syetan la’natulloh ‘alaih. Inilah sekelumit peristiwa sebagai bahan kajian antara perjalanan hidup dan keyakinan bagi setiap orang dengan berbagai episode dan romantisme kehidupannya.

Kemana seseorang melangkah sesungguhnya kearah keyakinanlah ia menuju. Karya dan karsa serta semangat yang menggelora semuanya hanya demi sebuah cita-cta yang diyakini. Sejujurnya, hidup adalah perjuangan untuk mempertahankan sebuah keyakinan. Kendati yang menjalani hidup dan kehidupan ini tak menyadari hal itu, karena mensikapi hidup seakan air mengalir yang  melintas dan membekas jejak dan  alur sungai. Padahal setiap helaan nafas yang terkadang pendek, kadang pula sehalus dan sepanjang bentangan harapan lambat laun berakhir dan memasuki sebuah alam keyakinan.

Setiap episode yang dilalui dalam hidup ini menjadi tidak berarti ketika hilang lenyapnya sebuah keyakinan yang jelas-jelas merupakan  bagian dari sebuah proses wujudnya kehidupan. Hidup yang dijalani jadi tanpa makna, kendati banyak sekali makna-makna khayali dengan kesuksesan imitasi yang diraih dan beperjuangkan dengan sepenuh hati.
Sebaliknyam semua peristiwa semenjak seseorang dapat mengingat sesuatu hingga pada masa yang terkadang tak ingat sesuatu, ketika diperuntukan bagi bertambah sempurnanya bangunan keyakinan, maka itulah sebenarnya makna dari kehidupan yang berkeyakinan.

Hanya sebuah kepura-puraan sejati yang menyangkal bahwa kita tak pernah punya keyakinan, karena sesungguhnya keyakinan itu ada dan tumbuh semenjak jiwa bisa memahami kaitan antara ia dengan Sang Maha Pencipta. Keyakinan itu berkembang menuju kesempurnaannya, sejalan dengan penunaian amanat ibadah yang dipikulkan kepada setiap makhluq manusia. “dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).”

Wallohu’alam.

Senin, 23 Juli 2012

Tiga Hal Yang Harus Diwaspadai

Rosululoh Saw., bersabda:
  1. Barangsiapa di pagi hari mengeluhkan kesulitan hidupnya (kepada orang lain), berarti seakan-akan dia mengeluhkan Robbnya.
  2. Barang siapa di pagi hari bersedih karena urusan duniawinya, berarti sunguh di pagi itu dia tidak puas dengan ketetapan Alloh.
  3. Barangsiapa menghormati seseorang karena kekayaannya sungguh telah lenyaplah dua pertiga agamanya.
Syikayah (pengaduan) yang sepatutnya adalah kepada Alloh SWT, sebab Dia adalah tempat bergantung semua makhluq, Dia tempat bergayutnya semua do'a dan pinta manusia. Dengan pengaduan kita terhadap sesama makhluq merupakan bentuk / pertanda kita tidak ridlo dengan ketentuan Alloh waktu itu. Maka kemurnian aqidah tauhid seseorang yakni dengan menghilangkan ketergantungan-ketergantungan kepada selain Alloh dan berupaya terikat dan mengikatkan diri hanya kepada satu ikatan dan gantungan yang mesti yakni aqidah tauhidulloh.

Wallohu'alam.

Sebuah Ekspektasi: Takdhim Aku Padamu

Sebuah Ekspektasi: Takdhim Aku Padamu: Ma'afkan aku wahai isteriku, baru kusadari bahwa tangan halusmu, kaki  mulusmu, serta wajah cantikmu kini telah berubah, memudar, berkeru...

Selasa, 17 Juli 2012

Air Kehidupan

Mengutip sebuah ayat alquran bahwa kehidupan duniawi bagaikan air hujan yang diturunkan di atas bumi yang dengannya maka tumbuh  berbagai macam tanam tanaman yang bermanfaat bagi seluruh makhluq di atasnya tak terkecuali kita manusia. Ya, air bagaimanapun bentuknya, baik air hujan atau air-air yang berada dipermukaan bumi, yang naik ke angkasa serta yang mengembun dan akhirnya menjadi air hujan adalah makhluq unik yang sangat vital keberadaannya, bahkan di ayat lain dikatakan bahwa kehidupan (makhluq hidup dicipta dan berasal dari air. Tanpa air tidak akan ada kehidupan, tanpa air pula tak akan ada kisah dan sesuatu yang dikisahkan kepada kita sekalian.
Perjalanan kehidupan manusia tak ubahnya perjalanan sang air yang berasal dari hujan tersebut di atas. Bolehlah kita katakan bahwa awalnya dari sebuah mata air di pegunungan dari bali semak belukar dan dari sela bebatuan. Ia memaksa keluar dari tanah dan tak dapat dibendung keberadaannya, sungguh bukan keinginannya namun  merupakan kehendak dari yang memilikinya dari yang menciptakannya dari yang memberikannya tugas untuk kemaslahatan seluruh makhluq. Ia senantiasa mengalir menelusuri dataran yang paling rendah sebelum sampainya di sebuah muara sebagai akhir perjalanannya.
Liku-liku air menyusuri lereng pegunungan, menembus bebatuan berkelok serta meresap ke dalam tanah dan kembali muncul didataran yang lain yang lebih rendah. Awalnya mungkin hanya sebesar jari tangan, berkembang dan terus berkembang sejalan dengan alur yang dilaluinya membesarlah ia menjadi sebuah sungai yang masih bisa diloncati kiri kananya sebelum ia menjadi Citarum, Mahakam dan Musi misalnya yang jelas tak akan mampu untk diloncati.
Satu ketika air mengalir begitu saja tanpa hambatan yang berarti. Namun di lain waktu medan terjal berbatu menghadang hampir tak bisa ditembusnya. Namun dengan keunikan dan kedahsyatannya mampu melaluinya dengan lentur dan berbekas indah. Lihatlah sungai yang membelit sebuah gunung, menembus tanah berbatu, mengitari batu-batu hidup dan keras menjadikannya sebuah pemandangan yang indah layaknya lukisan para malaikat Alloh pada kanvas kerak bumi, menoreh dan memanjangkan alurnya dalam bertugas membawa dan mengawalnya sampai pada tujuan.
Kehidupan dengan segala bentuk dan manifestasinya, manis yang melenakan dan pahit yang menyesakkan, tentu akan berbeda kadarnya kepada setiap manusia namun adalah sebuah keniscayaan bahwa hakikatnya adalah sama yakni ujian kehidupan. Ada episode hidup dimana godaan dan cobaan senantiasa mendera dan menggiring kita kepada suatu keterpedayaan situasi dan kondisi. Ada pula episode ketika godaan dan cobaan sudah seperti hal biasa dalam hidup sehingga kita melaju bagaikan air deras yang tidak terhambat terjalnya bebatuan dan onggokkan-onggokan sampai yang menggunung sekalipun. Air tetap melaju tanpa hambatan, ringan. Si pelaku kehidupan kini seteguh air, terus mengalir meningkatkan daya tembusnya serta tetap pada tracknya (yang telah ditentukan) Sang Penciptanya untuknya.
Lenturnya  aliran air, mengayun indah dalam menelusur kemana arah tujuan yang hendak dijadikan tempat persinggahan terakhir. Lihat bagaimana tangguhnya sungai besar dalam mengemban tugasnya hingga sampai kepada tujuan. Airnya tanpa riak bergerak mantap membawa energi dalam yang mampu menghanyutkan rintangan-rintangan kecil hingga sebesar badan sungai, semua terdorog dan terbawa hingga ke lautan nanti.
Ada bianglala ketika air menepi tepian jurang dan sontak terjatuh dari ketinggian yang beraneka ragam, memecah dan mengurai air terjun menjadi titik-titik dan partikel air disaat sinar matahari tertuju padanya, maka pemandangan terindahpun muncul memanjang setinggi air terjun yakni pelangi pagi sampai sore hari dengan seizin Nya, Subhanalloh.
Barangkali kita terlalu leka ketika menghadi suatu peristiwa yang nampaknya terlalu merugikan kita, sebab kita belum selesai membaca dan memperhatikan apa sesungguhnya pesan ilahiyah kepada kita. Sehingga kita menghukumi bahwa setiap ‘jatuh’ tentu berakhir tragis dan menyakitkan bahkan mematikan. Padahal dibalik semua itu Sang pencipta bermaksud memberi pesan yang mampu menghidupkan hati kita yang sedang remuk terjatuh dan mati. Seperti sebuah pelangi dengan berbagai warna syarat akan makna, begitulah Alloh ciptakan dan mengangkat dari tempat-tempatnya ayat-demi ayat sebagai peringatan yang mesti dimaknai kita semua sebagai manusia.
Wallohu’alam

Senin, 16 Juli 2012

Take This Way


Everyone want the right way and the right place to make last a settlement (transendent), wow this is an everlasting one huh. But it is true, it is one way we will pass at a moment and next. You don't belive it ... you wrong. Exacly ... realy ... tangible. No matter you belive or not, but look! open your heart deep ... deep ... and deepen. Waaah ... ribet banget yaa pake English Soreangan mah, udah ah pake bahasa Emak aja.

Sejauh ini banyak manusia yang mencari suatu tempat yang indah, aman dan tentram baik di alam fana ini maupun kelak di akhirat. Faktanya semua manusia tidak menginginkan tempat yang buruk bahkan kesudahan dalam kematiannya hal-hal yang buruk, pasti. Kemudian manusia mencari solusi dengan mereka-reka jalan yang manakah yang harus di tempuh. Kenapa disebut mereka-reka jalan yang harus ditempuhnya. Faktanya lagi, sesungguhnya jalan itu sudah jelas bahkan dalam satu ayat alquran disebutkan "Take this way .... Haadza shirotol mustaqiim, .. inilah jalan Tuhanmu yang benar ...." Namun manusia seneng bikin jalan sendiri seperti bikin jalan dihutan aja. Yang akhirnya jalan itupun menjerumuskan mereka ke jurang yang hina dan nista, wadooowww. Na'udzubillahi min dzalik.

sindiran Alloh lagi dalam alquran, FA AINA TADZHABUUN ? Kemanakah kalian akan pergi mencari jalan/solusi dalam kehidupan ini? Padahal sudah jelas Ada solusi yang Tuhan ajarkan melalui para rosulnya. Tuh kan sekali lagi, manusia memang enggan meniti jalan Nya, lebih seneng meraba-raba, mencoba-coba kesananya eksperimen dengan sesuatu yang belum jelas.

Ah memang zaman ini makin tak jelas, mana yang mesti dan mana yang tidak mesti kita lakukan. Tapi gak juga tuh, sebab ketika kita teliti sesungguhnya itu mah berasal dari idea yang tidak didasari oleh Ide Nya yang maha punya Ide,syapa coba yaaa Gusti Alloh atuh. Sok! renungkanlah ... bila bener yang saya katakan / tuliskan ini ya alhamdulillah bila callah ya tolong dibenukan yaa yaah. Makasih


But everyone need love

from Edisi Merah Fanta by Kang Japri

Ada ungkapan “ Jika tidak mau menderita jangan pernah jatuh cinta” Waduh! Angker banget nih, bikin brigidik bulu roma. Kenapa pula sebagian orang berkata seperti ini. Apakah ketika kita jatuh cinta lantas "jatuh" dari hubungan cinta itu sangat-sangat menyisakan trauma yang begitu menyiksa. Lantas jadi tak percaya kepada yang namanya cinta. Lantas membuat provokasi kepada sesama, "Kalau tidak mau menderita,Jangan jatuh Cinta."

Cinta jadi petaka, yang senantiasa menghantui setiap gerak langkah menuju terjalinnya sebuah perasaan cinta. Inikah yang disebut kekgagalan cinta? Inikah derita cinta. Pantas seorang Pat Kay dalam ceritanya berkata, "cinta dari dulu hingga kini deritanya tiada berakhir ..." Weyyyy lebih edun lagi neeh, tanpa akhir Bo !!!

Ah ....kiranya itu hanya sebuah ungkapan kekecewaan dari seseorang yang tidak siap dengan konsekuensi dari sebuah hubungan rasa - cinta. Semoga kita tetap terpelihara dari kekecewaan cinta.

Janganlah seperti itu, CINTA adalah anugrah yang lahir bersama manusia. Manusia perlu cinta sebagaimana ia terlahir karena rasa cinta. Tanpa cinta manusia akan berubah wujud angkara. Tanpa cinta mungkin keabadian fitrah tak ada.

Renungkanlah syair berikut:
Ø  Rasa cinta
Ø  Pasti ada
Ø  Pada makhluk yang bernyawa
Ø  Tak akan hilang
Ø  Selamanya
Ø  Sampai akhir waktu nanti

Sejatinya, cinta dicipta untuk menguji manusia. Yang Maha Mencinta khusus dalam edisi cintanya berfirman,

" Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." (Qs. Ali Imran: 14)

"Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat dzalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)." (Qs. Albaqoroh: 165)

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(Qs. Ali Imran: 31)

Cinta adalah keindahan yang dengannya semua akan terasa indah sbab berasal dari Yang Maha Indah (Jamil).

”Alloh itu sangat indah dan senantiasa menyukai yang serba indah dari makhluq  ciptan Nya.”

Makhluq Yang berupaya mengerti memahami serta menghayati bahwa keindahan cinta sesungguhnya berawal dan berakhir pada muara cintanya sang pencipta alam raya. Jadi para pecinta setaji seyogyanya terlebih dahulu mengenal sumber cinta sebelum menerapkan cinta yang dimilikinya untuk sesama.

Dalam sebuah hadits dinukilkan bahwa, “bertemu dan berpisah harus didasarkan kepada satu hal yakni “cinta” nya Alloh Robbul ‘Izzaty.

Wallohu’alam.

Rabu, 11 Juli 2012

SEBUAH VISI



TIDAK PERNAH AKU MERASAKAN TAKUT YANG DEMIKIAN MENCEKAM. MIRIS .... YANG BERLEBIHAN,
biasanya aku PD dalam segala hal namun nyaliku ketika itu musnah tak bersisa. Demi Alloh …. Sungguh ini kejadian (sebuah visi) yang sangat mencengangkan. Terjadi antara mimpi dan terjaga. Dimana aku berjumpa seorang laki-laki tua yang berpakaian serba putih bersahaja. Dia tersenyum penuh kearifan dan menggandeng tanganku penuh rasa kasih. “Anaking kemarilah” katanya dengan suara yang khas, rasa-rasanya tak asing bagiku tapi aku tak kenal siapa dia. Seperti dihipnotis aku mengikuti setiap langkahnya. Disinilah visi aneh itu terjadi.

Kami tiba disebuah pintu serba putih dikelilingi cahaya. “ sok anaking geura lebet” Saya pun memasuki pintu itu, Subhanalloh pemandangannya sangat indah tak bisa digambarkan dengan  kata kata apa lagi dilukiskan di atas kain kanvas. Ku lihat taman-taman dengan bunga yang serba putih tapi berbeda harumnya, diantara taman ada sungai mengalir dengan tenangnya, subhanalloh aku tak habis-habisnya berdecak kagum. Aku melangkah lebih kedalam namun kakiku tidak laju tertahan sesuatu yang tidak tahu apa.”Can waktuna anaking..” kata pak tua. Aku tertegun, … penuh tanda tanya dan keinginan untuk memasukinya. Aku lihat lagi, tiba-tiba muncul dihadapanku sosok yang sangat ku kenal, ya memang ia sangat aku kenal dari ujung rambut sampai ujung kakinya. Dia memandangiku sambil mengernyitkan dahi… (ia tak mengenaliku) tapi sesaat kemudian tiba-tiba wajahnya berpaling dengan ketus dan judes. Aku sesak dibuatnya,  lunglai seluruh tubuhku. Mengnapa ia begitu membenciku sedang aku tahu ia adalah aku, …aku …. Aku.

Belum lagi pulih dari lunglainya tubuh ini, serta merta taman indah bermandikan cahaya itu hilang lenyap berganti kilat dan petir menyambar-nyambar serta jeritan serta raungan orang-orang kesakitan.
Dan rintihan itu semakin jelas … jelas dan terus terngiang ditelingaku “ ammmpuuun gusti, … ampuuun gusti ….” Semakin menjadi jadi. Aku merasa pengap tak bisa bernafas, kaku tak bergerak.

Pemandanganpun tiba-tiba berangsur putih seperti ngagayuh ka subuh (waktu sebelum fajar). Walau tak begitu jelas aku melihat, namun nampak di sana, …. Masya Alloh….. kumpulan orang-orang yang bermacam-macam, tapi kebanyakan mereka adalah hitam (tutung- renghek). “ Anaking tingali ke belah kenca” tiba-tiba suara pak tua mengagetkanku… Dan aku menoleh ke sebelah kiri. Tak ada apa-apa, semuanya sama gelimpangan orang-orang yang terkapar serta jerit tangis dan rintihan. Tapi sebentar,…. Ada sosok yang terpisah dengan tengadah tangannya ia beristighfar, astagfirulloh hal adhim ….astaghfirulloh hal adhim … terus beristighfar. Aku lihat dari ujung rambutnya sampas ke bawah kakinya, ya Robb astaghfirulloh ya Robb … ia penuh dengan luka sepeti borok yang mendalam. Semakin jelas visi itu dan semakin mendekat… semakin perih aku melihatnya. Lubang hitam itu tembus ke dalam jantung dan hatinya. Seperti kanker yang mencabik hati, …. Hatinya karancang dan habis. Betapa penderitaannya sehingga tubuhnya seperti itu. Tidak hanya  itu kulihat mukanya berbekas seperti bekas alur air mata. Dadas keriput dan tersayat. Pedih……ya Alloh.

Ketika visi itu semakin mendekat seraya tanganya meraih ke arah ku, namun tak sampai sama seperti aku ingin meraih masuk taman yang indah tadi. Dia menjerit sekeras kerasnya “diriku … tolonglah aku, diriku…. Tolonglah aku…” teus mengulang kata-kata itu. Aku terperangah dan tak percaya ia memanggilku dengan diriku. Aku tidak mengenalnya…. Ya Alloh benarkah ia diriku dan aku ini dirinya.  ?

LANGGENGKEUN WUDLU (Tetap dalam keadaan suci dari hadas)  
Aku diingatkan oleh si pa tua katanya langgengkeun wudlu, langgengkeun wudlu, langgengkeun wudlu (tetap dalam keadaan suci dari hadas kecil maupun besar). Tentunya wudlu dengan konsekuensinya yaitu menjaga segala apa yang membatalkan wudlu itu. Juga tak luput dari filisofinya;
a.     mencuci tangan artinya mebersihkan tangan kita dari perbuatn-perbuatan dosa. Tidak memegang tangan ini kecuali yang berhaq dipegangnya. Tidak memukul kalau memang bukan untuk dipukulkan.
b.     mencuci/membersihkan mulut (berkumur) artinya menjaga setiap perkataan yang kita ucapkan. Sabar dalam berucap. Tidak sepantasnya berucap, beritikad dan berikrar yang keluar dari ketentuan agama
c.     membersihkan hidung, artinya penciuman yang dibolehkan adalah penciuman kepada yang haqnya, tidak semena-mena mencium bebauan
d.     membasuh muka adalah gabungan dari semua organ yang ada di muka yang artinya pun meliputi melihat, berbicara, mengambung, mendengarkan serta berfikir (bagian mengusap kepala) secara suci dan tidak terpengaruh oleh hawa-hawa syaithoni yang senantiasa merongrong aktivitas kita seharihari bahkan setiap detik dan seconnya.
e.     kemudian mencuci kedua belah kaki artinya berjalanlah di atas rel yang telah ditentukan Alloh, jangn lantas terpeleset atau sengaja memelesetkan kaki kita ke jalan yang tidak mendapatkan ridlo dan syafaat Nya.
Ketertibannya artinya dalam setiap langkah berlakulah tertib yaitu mendahulukan yang awal dan mengakhirkan yang akhir. Adanya suatu planning, adanya suatu timbangan dalam menentukan dan menempuh hidup ini. Atau secara singkat disebut proforsional dalam segala tindakan.  

Takdhim Aku Padamu


Ma'afkan aku wahai isteriku,
baru kusadari bahwa tangan halusmu,
kaki  mulusmu,
serta wajah cantikmu
kini telah berubah, memudar, berkerut berhias garis-garis kecil dan sedikit kasar.
Mahkotamu kebangganku tak lagi kencang sekarang,
Sejujurnya itu sedikit mengganggu pandangan lahirku. .... Namun inilah sesalku wahai isteriku
Aku tak lagi bisa mempertahankan semua itu ... Karena sesungguhnya bukan itu yang terpenting dalam visiku, walau itupun adalah bagian yang penting bagiku.
Isteriku, ....
Tangan serta kakimu dulu begitu kuat sekuat gunung batu,
Kini tak ada lagi,  hanya bisa menopang satu tubuh mungil yang bergelayutan di mahkotamu
Wajah cantikmu dengan pesona khas anugrah rabbani yang menggetarkan dawai-dawai asmara yang bergejolak didada
Kini seolah pesona khas itu memudar, dawai-dawai asmara di dada satu demi satu menipis nyaris terpatahkan.
Wajah indah itu mulai berlukis garis-garis, bergambar noktah-noktah
Isteriku, ....
Kusadari sepenuhnya lukisan garis-garis itu engkau nyatakan sebagai tanda kesungguhan bakti sucimu kepadaku,
Lukisan garis-garis dan gambar noktah itu menyisakan makna terdalam dalam hidupmu,
bermakna ketulusan, kegetiran, rasa was-was, miris serta berkecamuk amuk amarah yang engkau senantiasa lerai dengan keikhlasan
Kuingat ketika engkau mengandung, melahirkan, memomong dan membesarkan anak-anak kita, satu, dua, tiga dst. ... maka bertambah sepuluh garis diwajahmu.... lelah
Kulihat mimik was-wasmu  ketika aku meninggalkanmu dalam kesendirian dengan beban hidup yang demikian berat,
Kusaksikan Engkau miris, getir dan khawatir hingga bentukan garis-garis dan noktah diwajah mu menjadi simpanan semua asa dan rasa yang mendalam.
Namun  semua itu tak kau nampakan dihadapanku
karena bibirmu selelu berhias senyum yang menyejukkan.
kegetiran yang kau rasakan kian tak nampak sebab engkau poleskan sinar kesabaran di keseharian
was-was tak engkau pasangkan dalam kegundah gulanaan dihadapan anak-anak mu
sebab engkau selalu waspada akan segala akibat was-was yang terpasang pada wajah yang nanti akan terlihat anak-anak kita.
Miris tak kau larutkan di elegi pagimu, karena senandung  tasbih tahmid tahlil dan takbirmu senantiasa hadir dari mulut mungilmu.
Isteriku, dengan rasa takzimku kepadamu..... maafkan aku, maafkan aku, maafkan aku.
Suamimu.

SEBUAH CITRA

Kuingin Sebuah Citra
Sederhana Saja, namun bersahaja ... 
citra yang serasi dengan warna, 
warna bunga di taman alam fana
Kuning, merah, hijau ungu aku tak peduli
sebab semuanya indah

semua adalah warna-warna yang esa
semua warna itu hakikatnya satu warna saja
jadi itu maksud sederhana menurutku.

Pohon berbunga sebelum akhirna berbuah,
awalnya bunga itu putih
kemudian ia berubah menjadi kuning, merah atau ungu, 
seperti itulah citra yang ku inginkan
dan itulah gambaran citra sederhanaku

Percaya atau tidak 
semua warna akan kembali pada satu warna saja
p u t i h ...
kuning, hijau, merah atau ungu
semua adalah polesan







C I N T A


"Jangan  kaukira cinta datang dari keakraban yang lama dan pendekatan yang tekun. Cinta adalah anak kecocokan jiwa dan jika itu tidak pernah ada, cinta tak akan pernah tercipta dalam hitungan tahun bahkan milenia"

Itulah salah satu kata bertuah dari Sang Maestro. Penyair, filosof dan "sang nabi" dari Lebanon, Khalil Gibran.
Ungkapan Khalil Gibran tsb terkesan menolak kata-kata bijak yang hidup di negeri ini, Tresno jalaran soko kulino. Cinta lantaran terbiasa.
Namun, sebenarnya mungkin tidak. Para orang tua kita dulu, melihat cinta sebagai suatu proses. Bagaimana mungkin, dua anak manusia yang berlainan jenis bisa tiba-tiba saling jatuh cinta, tanpa mengenal lebih dahulu. Cinta tidak mungkin hidup hanya sekedar melihat penampilan sesaat. Yang tumbuh di hati, barangkali sebatas simpatik.
Sementara Khalil Gibran melihat cinta dari sudut maknanya. Cinta merupakan kecocokan jiwa. Tanpa itu, sekalipun dua anak manusia diikat tali perkawinan, takkan tumbuh perasaan cinta. Yang hidup, hanya sebatas saling membutuhkan atau rasa kasihan.
Namun, baik Khalil Gibran maupun para orang tua kita sepakat. Cinta tidak boleh dilandasi nafsu. Gibran malahan menggambarkan dengan kata-kata indah, "Cinta yang penuh nafsu adalah dahaga yang tak terobati". Dia akan menjadi budak nafsu, yang terus menerus mencari korban.
Gibran juga mengingatkan, cinta tidak boleh dipaksakan. Dia akan tumbuh alami, menembus sekat-sekat yang ada, karena cinta memang tak mengenal status atau usia
Tapi tampaknya, apa yang digambarkan Gibran tak mudah dilaksanakan. Kerapkali kita terjebak yang sifatnya duniawi. Cinta bukan hanya sekedar perasaan, tapi lebih banyak diterjemahkan menguasai dan memiliki. Siapapun yang menghalanginya akan didobrak dan diterjang, bahkan dimusnahkan, termasuk orang yang kita cintai.

Selasa, 10 Juli 2012

Sebuah Ekspektasi: Seorang Amnesia

Sebuah Ekspektasi: Seorang Amnesia: “Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu” (Qs. Al Is...

Seorang Amnesia


“Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu” (Qs. Al Isro: 14)

“ Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Alloh dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertaqwalah kepada Alloh , sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Qs. Al Hasyr: 18)


Masing-masing kita tentu mempunyai catatan yang suatu saat catatan tersebut kita baca sebagai kenangan masa lalu dan sebagai pengalaman baik atau buruk. Di sana akan terlihat sosok diri kita, keangkuhan, kesombongan serta berbagai hal lainnya. Selanjutnya kenangan tersebut menjadi cermin sebagai standar penilaian  untuk kemajuan atau kemundurun nafs (diri) kita.
Bercermin dari masa lalu untuk mengayomi kekusutan-kekusutan yang ada pada diri pada hakekatnya merupakan muhasabah atas apa yang telah kita lakukan untuk menentukan langkah ke depan sebagai panenan di hari akhirat, sebagaimana firman Aloh yang telah kita sitir di atas.
Masalah muhasabah atau katakanlah suatu evaluasi berkaitan erat dengan suatu tolok ukur dan atau tujuan yang hendak dicapai. Sehingga tidak akan ada muhasabah bagi orang-orang yang tidak mempunyai tujuan dalam hidupnya. Orang-orang yang tidak mempunyai tujuan dalam hidupnya bagaikan makhluk hidup yang hanya memenuhi buthunnya (perutnya) dengan kesenangan.
Untuk bermuhasabah diperlukan keberanian atas dasar khouf (takut kepada Alloh) dalam kondisi dan situasi apapun. Muhasabah – menghitung, membaca diri, membaca ( melihat ) amalan kebelakang adalah kunci keberhasilan untuk menentukan hari esok. Dengan mengetahui suatu jalan itu penuh onak dan duri, maka kita akan hati-hati menempuhnya. Orang bijak berkata: Orang bodoh adalah orang yang tidak tahu/melek sejarah, karena ia terjerembab - terpuruk ke dalam lobang yang sama.

Hendaklah kita lebih takut lagi, mewaspadai terulang kembali suatu keinginan - tindakan  yang berakibat hitamnya lembaran sejarah kehidupan kita, hendaklah kita lebih waspada atas apa-apa yang akan kita lakukan dengan bekal cermin besar sebagai pelajaran berharga dari masa lalu.
Orang terbodoh adalah orang yang tidak mengetahui eksistensi dirinya, dimana ia hidup kemana ia pergi bahkan untuk apa ia hidup ia tidak tahu, sungguh ia hanya membawa kantung berisi barang busuk setiap saat. …… Maka bertanyalah Siapa Anda atau siapa saya ?

Renungkanlah !
Barangsiapa mengenal dirinya, maka sungguh ia telah mengenal Pengaturnya.

Siapa saya ? begitu janggal kedengarannya, kalau ada orang yang bertanya demikian mungkin kita anggap dia adalah sinting atau dia terkena amnesia akibat suatu kecelakaan. Atau boleh jadi ia adalah seorang hamba yang mencari identitas, atau boleh jadi orang bijak yang sedang memberi pelajaran terhadap anak didiknya dengan permisalan semua orang adalah tidak tahu identitas dirinya, status serta kedudukannya disisi Alloh sang pencipta.

Baiklah kita ambil yang terakhir, kita semua tidak tahu siapa diri kita, kita tidak tahu status serta kedudukan kita di sisi Alloh.
Ketahuilah, sesungguhnya kita adalah: Ummat Islam
Kalau mengatasnamakan ummat Islam berarti ummat yang satu walau berbeda bulu dan penampilan. Karena Islam mengajarkan sesungguhnya sesama muslim memiliki hak dan kewajiban yang dengannya akan terjalin suatu ikatan (ukhuwah islamiyah)  sebagai suatu wujud kesatuan – tauhid dengan bercirikan
·         Satu akidah, seorang muslim harus kuat aqidahnya
·         Menjunjung tinggi keta’atan kepada Alloh  dan Rosul dan Ulil amri yang bernaung di bawah lindungan Nya.
·         Berakhlaqul karimah, tidak arogan, anarki dan semacamnya yang tidak mencerminkan akhlaqul karimah, senantiasa bersahaja dalam setiap tindak tanduknya ( rahmatan lil’alamin).
Orang islam adalah orang yang selamat dan senatiasa menyelamatkan orang lain dari bahaya di dunia dan achirat kelak. Orang islam adalah orang yang damai dan senantiasa menaburkan kedamaian di antara umat manusia. Orang islam adalah orang yang tunduk dan patuh dan senantiasa ia menundukkan hawa nafsunya dari hal-hal yang dilarang Alloh Subhanahu  Wa Ta’ala sebagai tanda kepatuhan kepada Nya.

Wallohu ‘alam.


Z  Mudah mudahan si amnesia segerea pulih, menghimpun kembali ingatannya yang  cerai berai. Mengingat satu demi satu apa yang semstinya dikerjakan dengan tertib. Menyusun kembali lembaran-lembaran setelah sekian lama tercecer, kurang beraturan.
Z  Gantungkanlah harapan kita hanya kepada Alloh saja, karena sebenarnya Ia lah yang memberi harapan.
Z  Cemaskanlah kepada Nya saja sebab sesungguhnya Ia lah yang memberikan kita kecemasan.
Z  Semoga khouf dan roja ini tidak berlebihan menurut Al ghofur Ar rahiim.