free web site traffic and promotion

Minggu, 08 Juli 2012

G e j o l a k


Bila Anda merasakan adanya suatu gejolak dalam hati dan dengannya tergerak untuk melakukan sesuatu kebajikan, maka berbahagialah Anda karena ia adalah seberkas iman dalam hati… Namun waspadailah ketika berada dalam keragu-raguan bahkan gejolak yang ada berbalik menafikan kebenaran bahkan mendorong untuk berbuat kelacutan, … ia adalah kemunafikan bahkan boleh jadi suatu kekafiran ….
Nau’zubillahi min zalik !

Pernahkah Anda merasakan suatu kegalauan yang mendalam kemudian menjadi skeptis misalnya bahkan luntur keyakinan atas  apa yang selama ini menjadi ageman yakni al haq. Kalau Anda pernah merasakannya, bahkan sekarang sedang mengalaminya, maka segeralah bersitighfar- mohon ampunan kepada Alloh SWT, sebab hal sedemikian adalah suatu kemunduran yang serius dipandang dari aqidah. Hal semacam itu adalah buah dari pekerjaan (bisikan) syetan dalam hati kita, itu adalah vokal syetan yang senantiasa membisikkan kata-kata yang indah kepada benak kita melalui qolbu yang tidak terjaga (kosong dari mengingat Alloh – berzikir) sehingga kitapun terbuai dengan bisikannya, mengiyakan  serta akhirnya mengamalkannya.  Mengamalkannya berarti memudarkan tali perjanjian (ahd) kita dengan Alloh setelah perjanjian itu teguh (mitsaqon gholidzo). Kalau sudah demikian keadaannya, maka fitrah kita terusik dan tak kan betah karena jiwa kita kotor berbaur syirik.

Shohabat!  Ingatlah suatu ketika shohabat Sufyan dalam haditsnya mengatakan sebagai berikut:
Dari Sufyan bin Abdullah r.a. ia berkata:
Aku berkata:
“Wahai Rosululloh, katakanlah kepadaku tentang Islam sehingga aku tidak akan bertanya lagi kepada siapapun selain engkau.”
Ia menjawab:
“Katakanlah: Aku beriman kepada Alloh kemudian tetaplah dalam pendirian.”
(HR. Muslim)

Hadits ini senada dengan wahyu Alloh:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami adalah Alloh – kemudian mereka berpendirian teguh maka tidak ada kekhawatiran atas mereka dan mereka tidak berduka cita”
(Qs. Al Ahqaaf: 13)

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “ Tuhan kami ialah Alloh.”  (dengan mengaku kepemiliharaan, kepengurusan, Kepengaturan (Rububiyyah Nya) dan mengakui keesaan Nya (Wahdaniyyah Nya- Uluhiyyah Nya) serta Ke Maharajaan – (Mulkiyyah Nya) Kemudian mereka meneguhkan pendirian (keimanan) mereka, sehingga tidak tergelincir kakinya termasuk dalam hal ini ibadah dan I’tikad-i’tikadnya, .."
(Qs. Fussilat : 30)

istiqomah - ISTAQOOMUU
=   Mereka teguh dalam beriman dan tidak kembali kepada syirik
= Kestabilan dalam melakukan keta’atan, baik yang menyangkut I’tikad perkataan  maupun perbuatan.

Hanya satu dalam hal ini: yaitu keimanan yang perlu kita pertahankan, karena keimanan mencakup itikad, kata serta prak-prakan. Mempertahankan keimanan berarti kita berusaha membangun tonggak ISTIQOMAH. Membangun KEISTIQOMAHAN berarti kita tetap dalam keridloan Alloh dengan wujud jamaah Nya.

Sebab hanya Istiqomah dalam jama’ah Nya (DARUL FATTAH)[1] kita termasuk orang-orang bermodal dasar untuk mendapatkan DAARUL FALAH.
Modal dasar itu tiada lain hanyalah keta’tan sebagai induk dari semua peribadahan, baik yang menyangkut ‘itikad, perkataan maupun perbuatan.
Kita harus tetap berusaha dan tetap kokoh dalam berdo’a;

YAA MUQOLLIBUL QULUB TSABIT QULBUNAA ALAA DINIKA

“ Wahai Dzat yang menggerakkan hati, kuatkanlah hati kami – istiqomahkanlah kami dalam mengemban agamamu Ya Alloh . Amiin”
Wallohu’alam bi showab.


[1] Daarul Fatah, kemenangan seorang hamba Alloh didunia yang berkelanjutan dengan kebahagiaan nanti   di akhirat yaitu Daarul Falah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar