Bila Anda merasakan adanya suatu gejolak dalam hati dan
dengannya tergerak untuk melakukan sesuatu kebajikan, maka berbahagialah Anda
karena ia adalah seberkas iman dalam hati… Namun waspadailah ketika berada
dalam keragu-raguan bahkan gejolak yang ada berbalik menafikan kebenaran
bahkan mendorong untuk berbuat kelacutan, … ia adalah kemunafikan bahkan
boleh jadi suatu kekafiran ….
Nau’zubillahi min zalik !
Pernahkah Anda merasakan suatu kegalauan yang mendalam
kemudian menjadi skeptis misalnya bahkan luntur keyakinan atas apa yang selama ini menjadi ageman yakni al
haq. Kalau Anda pernah merasakannya, bahkan sekarang sedang mengalaminya,
maka segeralah bersitighfar- mohon ampunan kepada Alloh SWT, sebab hal
sedemikian adalah suatu kemunduran yang serius dipandang dari aqidah. Hal
semacam itu adalah buah dari pekerjaan (bisikan) syetan dalam hati kita, itu
adalah vokal syetan yang senantiasa membisikkan kata-kata yang indah kepada
benak kita melalui qolbu yang tidak terjaga (kosong dari mengingat Alloh –
berzikir) sehingga kitapun terbuai dengan bisikannya, mengiyakan serta akhirnya mengamalkannya. Mengamalkannya berarti memudarkan tali
perjanjian (ahd) kita dengan Alloh setelah perjanjian itu teguh (mitsaqon
gholidzo). Kalau sudah demikian keadaannya, maka fitrah kita terusik dan tak
kan betah karena jiwa kita kotor berbaur syirik.
|
Shohabat! Ingatlah suatu
ketika shohabat Sufyan dalam haditsnya mengatakan sebagai berikut:
Dari Sufyan bin Abdullah r.a. ia berkata:
Aku berkata:
“Wahai Rosululloh, katakanlah kepadaku tentang Islam sehingga
aku tidak akan bertanya lagi kepada siapapun selain engkau.”
Ia menjawab:
“Katakanlah: Aku beriman
kepada Alloh kemudian tetaplah dalam pendirian.”
(HR. Muslim)
Hadits ini senada dengan wahyu Alloh:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami adalah
Alloh – kemudian mereka berpendirian teguh maka tidak ada kekhawatiran atas
mereka dan mereka tidak berduka cita”
(Qs. Al Ahqaaf: 13)
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “ Tuhan kami ialah
Alloh.” (dengan mengaku
kepemiliharaan, kepengurusan, Kepengaturan (Rububiyyah Nya) dan mengakui
keesaan Nya (Wahdaniyyah Nya- Uluhiyyah Nya) serta Ke Maharajaan – (Mulkiyyah
Nya) Kemudian mereka meneguhkan pendirian (keimanan) mereka, sehingga tidak
tergelincir kakinya termasuk dalam hal ini ibadah dan I’tikad-i’tikadnya,
.."
(Qs. Fussilat : 30)
istiqomah - ISTAQOOMUU
= Mereka teguh dalam
beriman dan tidak kembali kepada syirik
= Kestabilan dalam melakukan keta’atan, baik yang menyangkut
I’tikad perkataan maupun perbuatan.
Hanya satu dalam hal ini: yaitu keimanan yang perlu kita
pertahankan, karena keimanan mencakup itikad, kata serta prak-prakan.
Mempertahankan keimanan berarti kita berusaha membangun tonggak ISTIQOMAH.
Membangun KEISTIQOMAHAN berarti kita tetap dalam keridloan Alloh dengan wujud
jamaah Nya.
Sebab hanya Istiqomah dalam jama’ah Nya (DARUL FATTAH)[1]
kita termasuk orang-orang bermodal dasar untuk mendapatkan DAARUL FALAH.
Modal dasar itu tiada lain hanyalah keta’tan sebagai induk dari
semua peribadahan, baik yang menyangkut ‘itikad, perkataan maupun perbuatan.
Kita harus tetap berusaha dan tetap kokoh dalam berdo’a;
YAA MUQOLLIBUL QULUB TSABIT
QULBUNAA ALAA DINIKA
“ Wahai Dzat yang menggerakkan hati, kuatkanlah hati kami –
istiqomahkanlah kami dalam mengemban agamamu Ya Alloh . Amiin”
Wallohu’alam bi showab.
|
[1] Daarul Fatah, kemenangan
seorang hamba Alloh didunia yang berkelanjutan dengan kebahagiaan nanti di akhirat yaitu Daarul Falah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar