free web site traffic and promotion

Selasa, 17 Juli 2012

Air Kehidupan

Mengutip sebuah ayat alquran bahwa kehidupan duniawi bagaikan air hujan yang diturunkan di atas bumi yang dengannya maka tumbuh  berbagai macam tanam tanaman yang bermanfaat bagi seluruh makhluq di atasnya tak terkecuali kita manusia. Ya, air bagaimanapun bentuknya, baik air hujan atau air-air yang berada dipermukaan bumi, yang naik ke angkasa serta yang mengembun dan akhirnya menjadi air hujan adalah makhluq unik yang sangat vital keberadaannya, bahkan di ayat lain dikatakan bahwa kehidupan (makhluq hidup dicipta dan berasal dari air. Tanpa air tidak akan ada kehidupan, tanpa air pula tak akan ada kisah dan sesuatu yang dikisahkan kepada kita sekalian.
Perjalanan kehidupan manusia tak ubahnya perjalanan sang air yang berasal dari hujan tersebut di atas. Bolehlah kita katakan bahwa awalnya dari sebuah mata air di pegunungan dari bali semak belukar dan dari sela bebatuan. Ia memaksa keluar dari tanah dan tak dapat dibendung keberadaannya, sungguh bukan keinginannya namun  merupakan kehendak dari yang memilikinya dari yang menciptakannya dari yang memberikannya tugas untuk kemaslahatan seluruh makhluq. Ia senantiasa mengalir menelusuri dataran yang paling rendah sebelum sampainya di sebuah muara sebagai akhir perjalanannya.
Liku-liku air menyusuri lereng pegunungan, menembus bebatuan berkelok serta meresap ke dalam tanah dan kembali muncul didataran yang lain yang lebih rendah. Awalnya mungkin hanya sebesar jari tangan, berkembang dan terus berkembang sejalan dengan alur yang dilaluinya membesarlah ia menjadi sebuah sungai yang masih bisa diloncati kiri kananya sebelum ia menjadi Citarum, Mahakam dan Musi misalnya yang jelas tak akan mampu untk diloncati.
Satu ketika air mengalir begitu saja tanpa hambatan yang berarti. Namun di lain waktu medan terjal berbatu menghadang hampir tak bisa ditembusnya. Namun dengan keunikan dan kedahsyatannya mampu melaluinya dengan lentur dan berbekas indah. Lihatlah sungai yang membelit sebuah gunung, menembus tanah berbatu, mengitari batu-batu hidup dan keras menjadikannya sebuah pemandangan yang indah layaknya lukisan para malaikat Alloh pada kanvas kerak bumi, menoreh dan memanjangkan alurnya dalam bertugas membawa dan mengawalnya sampai pada tujuan.
Kehidupan dengan segala bentuk dan manifestasinya, manis yang melenakan dan pahit yang menyesakkan, tentu akan berbeda kadarnya kepada setiap manusia namun adalah sebuah keniscayaan bahwa hakikatnya adalah sama yakni ujian kehidupan. Ada episode hidup dimana godaan dan cobaan senantiasa mendera dan menggiring kita kepada suatu keterpedayaan situasi dan kondisi. Ada pula episode ketika godaan dan cobaan sudah seperti hal biasa dalam hidup sehingga kita melaju bagaikan air deras yang tidak terhambat terjalnya bebatuan dan onggokkan-onggokan sampai yang menggunung sekalipun. Air tetap melaju tanpa hambatan, ringan. Si pelaku kehidupan kini seteguh air, terus mengalir meningkatkan daya tembusnya serta tetap pada tracknya (yang telah ditentukan) Sang Penciptanya untuknya.
Lenturnya  aliran air, mengayun indah dalam menelusur kemana arah tujuan yang hendak dijadikan tempat persinggahan terakhir. Lihat bagaimana tangguhnya sungai besar dalam mengemban tugasnya hingga sampai kepada tujuan. Airnya tanpa riak bergerak mantap membawa energi dalam yang mampu menghanyutkan rintangan-rintangan kecil hingga sebesar badan sungai, semua terdorog dan terbawa hingga ke lautan nanti.
Ada bianglala ketika air menepi tepian jurang dan sontak terjatuh dari ketinggian yang beraneka ragam, memecah dan mengurai air terjun menjadi titik-titik dan partikel air disaat sinar matahari tertuju padanya, maka pemandangan terindahpun muncul memanjang setinggi air terjun yakni pelangi pagi sampai sore hari dengan seizin Nya, Subhanalloh.
Barangkali kita terlalu leka ketika menghadi suatu peristiwa yang nampaknya terlalu merugikan kita, sebab kita belum selesai membaca dan memperhatikan apa sesungguhnya pesan ilahiyah kepada kita. Sehingga kita menghukumi bahwa setiap ‘jatuh’ tentu berakhir tragis dan menyakitkan bahkan mematikan. Padahal dibalik semua itu Sang pencipta bermaksud memberi pesan yang mampu menghidupkan hati kita yang sedang remuk terjatuh dan mati. Seperti sebuah pelangi dengan berbagai warna syarat akan makna, begitulah Alloh ciptakan dan mengangkat dari tempat-tempatnya ayat-demi ayat sebagai peringatan yang mesti dimaknai kita semua sebagai manusia.
Wallohu’alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar