Mengutip sebuah ayat alquran bahwa kehidupan duniawi bagaikan
air hujan yang diturunkan di atas bumi yang dengannya maka tumbuh berbagai macam tanam tanaman yang bermanfaat
bagi seluruh makhluq di atasnya tak terkecuali kita manusia. Ya, air bagaimanapun
bentuknya, baik air hujan atau air-air yang berada dipermukaan bumi, yang naik
ke angkasa serta yang mengembun dan akhirnya menjadi air hujan adalah makhluq
unik yang sangat vital keberadaannya, bahkan di ayat lain dikatakan bahwa
kehidupan (makhluq hidup dicipta dan berasal dari air. Tanpa air tidak akan ada
kehidupan, tanpa air pula tak akan ada kisah dan sesuatu yang dikisahkan kepada
kita sekalian.
Perjalanan kehidupan manusia tak ubahnya perjalanan sang air
yang berasal dari hujan tersebut di atas. Bolehlah kita katakan bahwa awalnya
dari sebuah mata air di pegunungan dari bali semak belukar dan dari sela
bebatuan. Ia memaksa keluar dari tanah dan tak dapat dibendung keberadaannya,
sungguh bukan keinginannya namun
merupakan kehendak dari yang memilikinya dari yang menciptakannya dari
yang memberikannya tugas untuk kemaslahatan seluruh makhluq. Ia senantiasa
mengalir menelusuri dataran yang paling rendah sebelum sampainya di sebuah
muara sebagai akhir perjalanannya.
Liku-liku air menyusuri lereng pegunungan, menembus bebatuan
berkelok serta meresap ke dalam tanah dan kembali muncul didataran yang lain
yang lebih rendah. Awalnya mungkin hanya sebesar jari tangan, berkembang dan
terus berkembang sejalan dengan alur yang dilaluinya membesarlah ia menjadi
sebuah sungai yang masih bisa diloncati kiri kananya sebelum ia menjadi
Citarum, Mahakam dan Musi misalnya yang jelas tak akan mampu untk diloncati.
Satu ketika air mengalir begitu saja tanpa hambatan yang
berarti. Namun di lain waktu medan terjal berbatu menghadang hampir tak bisa
ditembusnya. Namun dengan keunikan dan kedahsyatannya mampu melaluinya dengan
lentur dan berbekas indah. Lihatlah sungai yang membelit sebuah gunung,
menembus tanah berbatu, mengitari batu-batu hidup dan keras menjadikannya
sebuah pemandangan yang indah layaknya lukisan para malaikat Alloh pada kanvas
kerak bumi, menoreh dan memanjangkan alurnya dalam bertugas membawa dan
mengawalnya sampai pada tujuan.
Kehidupan dengan segala bentuk dan manifestasinya, manis yang
melenakan dan pahit yang menyesakkan, tentu akan berbeda kadarnya kepada setiap
manusia namun adalah sebuah keniscayaan bahwa hakikatnya adalah sama yakni ujian
kehidupan. Ada episode hidup dimana godaan dan cobaan senantiasa mendera dan
menggiring kita kepada suatu keterpedayaan situasi dan kondisi. Ada pula
episode ketika godaan dan cobaan sudah seperti hal biasa dalam hidup sehingga
kita melaju bagaikan air deras yang tidak terhambat terjalnya bebatuan dan
onggokkan-onggokan sampai yang menggunung sekalipun. Air tetap melaju tanpa
hambatan, ringan. Si pelaku kehidupan kini seteguh air, terus mengalir meningkatkan
daya tembusnya serta tetap pada tracknya (yang telah ditentukan) Sang
Penciptanya untuknya.
Lenturnya aliran air,
mengayun indah dalam menelusur kemana arah tujuan yang hendak dijadikan tempat persinggahan
terakhir. Lihat bagaimana tangguhnya sungai besar dalam mengemban tugasnya hingga
sampai kepada tujuan. Airnya tanpa riak bergerak mantap membawa energi dalam
yang mampu menghanyutkan rintangan-rintangan kecil hingga sebesar badan sungai,
semua terdorog dan terbawa hingga ke lautan nanti.
Ada bianglala ketika air menepi tepian jurang dan sontak
terjatuh dari ketinggian yang beraneka ragam, memecah dan mengurai air terjun
menjadi titik-titik dan partikel air disaat sinar matahari tertuju padanya,
maka pemandangan terindahpun muncul memanjang setinggi air terjun yakni pelangi
pagi sampai sore hari dengan seizin Nya, Subhanalloh.
Barangkali kita terlalu leka ketika menghadi suatu peristiwa yang
nampaknya terlalu merugikan kita, sebab kita belum selesai membaca dan memperhatikan
apa sesungguhnya pesan ilahiyah kepada kita. Sehingga kita menghukumi bahwa
setiap ‘jatuh’ tentu berakhir tragis dan menyakitkan bahkan mematikan. Padahal
dibalik semua itu Sang pencipta bermaksud memberi pesan yang mampu menghidupkan
hati kita yang sedang remuk terjatuh dan mati. Seperti sebuah pelangi dengan
berbagai warna syarat akan makna, begitulah Alloh ciptakan dan mengangkat dari
tempat-tempatnya ayat-demi ayat sebagai peringatan yang mesti dimaknai kita
semua sebagai manusia.
Wallohu’alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar