free web site traffic and promotion

Minggu, 08 Juli 2012

Dapatkan kekhidmatan Ramadlan dengan Tadarus (Pendekatan Terhadap Konsepsi Membaca Menurut Al-Quran) Bagian 2


Membaca, Pengertian
Setidaknya ada tiga pengertian dari kegiatan membaca. Pertama, membaca diartikan melihat serta memahami isi dari pada apa yang tertulis (dengan menuliskan atau hanya dalam hati). Kedua, membaca diartikan sebagai hal menduga, memperhitungkan dan memahami  serta menterjemahkan sesuatu. Ketiga,  membaca adalah membina pemahaman berdasarkan pengetahuan yang telah ada dalam pemikiran pembaca.  Definisi ini amat berkait dengan ungkapan yang mengatakan kita belum membaca jika belum memahami.
Membaca dalam arti pertama biasa kita jumpai setiap hari, di rumah, sekolah, perpustakan dan ditempat-tempat dimana orang nyaman untuk melaksanakannya. Membaca dalam arti pertama ini adalah kegiatan  yang dilakukan oleh bergbagai kalangan, mulai dari anak-anak sampai  manula bisa melakukannya. Menghafal , membaca dalam hati, memahami isi suatu tulisan termasuk dalam hal membaca ini.
Membaca dalam arti kedua, mengandung pengertian bahwa objek yang dibaca tidak hanya berbentuk catatan, tulisan atau sebuah buku bacaan melainkan lebih luas lagi cakupannya. Bisa berupa tulisan, buku bacaan, benda, fenomena alam, fenomena sosial kemasyarakan dan atau apa saja yang dilihat dan dirasakan walau baru berupa gejala-gejala yang timbul. Membaca dalam hal ini lebih membutuhkan kepekaan lahir maupun batin, artinya tidak hanya mengandalkan nalar  saja melainkan rasa dan perasaan (inderawi) cukup berperan.
Membaca dalam arti yang ke tiga adalah keseluruhan definisi membaca sebagaimana tercantum dalam ayat alquran “ … dari yang tidak tahu menjadi tahu,” (Qs. 96: 5)

Kepekaan, berfikir, dan  merasakan adalah potensi yang sangat besar untuk membaca situasi dan kondisi dimana kita melihat, merasakan sesuatu sebagai objek bacaan. Semua orang punya rasa dan perasaan, mempunyai fikiran juga kepekaan, keliru ketika membaca tingkah laku orang-orang sebagai suatu gejala sosial yang terjadi tanpa menggunakan sisi fikir dan perasaan sebagai tolok ukurnya. Ketika kita membaca orang sebagai objek bacaan, maka itu berarti  kita sedang membaca diri kita yang juga seorang manusia yang mempunyai fikir, rasa dan perasaan.

E s e n s i  membaca
Membaca dalam arti pertama maupun kedua memiliki intisari yang sama. Keduanya merupakan proses memperhatikan, berfikir, menganalisa dan menyimpulkan dari obyek yang dibaca.  Keduanya sama-sama merupakan proses ilmu pengetahuan, yang menghantarkan dari tidak tahu menjadi tahu (ma’rifat - dalam arti mengetahui dengan pasti bersandar pada dalil-dalilnya (argumen) disertai bukti konkrit, fakta aktual). Esensinya, proses pengenalan (ma’rifat) terhadap diri sendiri sebagai awal ma’rifat kepada Pencipta. 
Membaca  merupakan bagian dari  proses perubahan  rasa, fikir dan tingkahlaku manusia  kearah yang lebih baik dari rasa, fikir dan tingkahlaku masa alam kegelapan  (unknowen)[1] kepada rasa, fikir dan tingkahlaku  masa alam cahaya kebenaran (knowen)[2]. Membaca substansinya adalah tercapainya suatu kefahaman yang akan melahirkan sikap dan perilaku yang lebih baik.
Hal ini telah dicontohkan 14 abad silam  oleh manusia pilihan, Nabi dan Rosul Muhammad saw. Dengan  berbekal lima ayat sebagai pedoman Beliau berhasil membawa masyarakat Makah khususnya dan jazirah Arab umumnya kepada suatu pencerahan. Yakni  dari  tatanan kehidupan masyarakat jahiliyah  menuju tatanan masyarakat Islam dalam tempo yang relatif cepat.  Perubahan tersebut diawali dengan MEMBACA, melalui tahapan perenungan, berfikir (memahami) dan mengambil pelajaran kemudian Alloh menganugrahkan pimpinan Nya dengan wahyu pertama, Iqro. Maka eksyen yang diambil Rosululloh terpola dengan dasar kelima ayat tersebut yang menjadi landasan operasional da’wahnya yakni ismi rob (aturan-aturan Alloh SWT).
Esensinya,  membaca merupakan awal proses dari suatu perubahan. Indikasi fikriyah, ahwaliyah (tingkah laku) dan amaliyah (behaviorial, paduan antara fikir dan tingkah laku) secara bertahap mengalami perubahan. Sehingga jelas terpisah mana yang haq (jalan kebenaran) dengan tidak ragu-ragu dari yang bathil (jalan kesesatan) juga tidak dalam keraguan. Wal hasil dari proses membaca hendaknya melahirkan kejelasan, ada pemisah (furqon) dari haq dan bathil.
Makana lain dari membaca (esensi), adalah lahir perilaku hijrah. Sebagai konsekuensi dari pemehaman yang sesungguhnya yaitu furqon[3]. Demikian orang-orang yang berhijrah, mereka adalah orang-orang yang meninggalkan sesuatu yang dianggap salah, dosa dan sebagainya, menuju kebenaran, pahala dari Alloh dan sebagainya. Ummar ra. mengatakan bahwa yang disebut hijrah adalah, “ meninggalkan segala sesuatu menuju kepada Alloh semata.”
Proses
Segala sesuatu yang tumbuh di dunia ini mengalami proses. Bahkan untuk merasakan kenyang, perut kita ini tentu melalui suatu proses. Proses adalah kehidupan dan kehidupan adalah proses.  Proses adalah gerak dan perubahan, gerak dan perubahan adalah juga suatu proses. Tak ada sesuatu yang baru tanpa sebuah proses. Tak ada proses berarti pula tak ada kehidupan. Bukankah alam jagat raya ini pun hasil sebuah proses, dengan kuasanya Alloh SWT, berkata  “kun fayakun”, maka jadilah.
Suatu proses senantiasa  ada awal dan akhirnya. Ada anatara awal dan akhir. Sebagaimana kita menjalani hidup  ini berawal ketika kita dalam kandungan ibu, lahir kedunia tumbuh dewasa dan diakhiri dengan sebuah kematian. Kalaupun dalam hidup ada yang tidak sampai ke fase dewasa misalnya menandakan proses telah berakhir baginya, namun tetap ia melalui proses sebelumnya. Inilah proses yang merupakan runtunan perubahan / kejadian, yang urutannya tidak bisa dilampaui  satu  atau dua fase melainkan mengalir beruntun.
Bagaimana dengan proses membaca. Apakah merupakan runtunan dari beberapa kegiatan yang tidak boleh dilalui salah satu fasenya?
Secara teknis sebenarnya tidak mengharuskan demikian, namun melihat dampak dan tujuan yang hendak dicapai dari salah satu kegiatan,  berfikir (tafakkur) misalnya, ini menghendaki kegiatan berikutnya yaitu memahami (tadabbur). Sebab berfikir dalam arti menganalisa, tentu memerlukan pijakkan sebagai dasar atau metodelogi (teori-teori sistematisnya) yang sudah pasti merujuk suatu nilai tertentu dalam hal ini al quran, pada bahasan pendahuluan disebut ismi robb.
Maka proses membaca dijabarkan dalam rangkaian kegiatan atau rangkaian tindakan berhubungan erat dengan pengerahan daya fikir dan dzikir  serta inderawi untuk memahami sesuatu objek bacaan. Memahami penciptaan alam ini, diri, lingkungan, fenomena alam, fenomena sosial dan lain sebagainya. Rangkaian kegiatan tersebut adalah tafakkur, tadabbur, tadzakkur dan tandhurun.
1.      Tafakkur artinya memikirkan tentang kejadian alam ini dengan berbagai fenomena didalamnya untuk mengambil pelajaran/hikmah dari penciptaan dan fenomena tersebut. Dalam alquran pekerjaan tafakkur ini sering dinisbatkan kepada kata fi kholqis samaawaati wal ardl, atau  fil afaki wafii anfusikum atau dalam rangkaian kata yang mengandung kata ayat (tanda-taanda, isyarat) seperti wakadzalika nufasilul aayati liqoumiy yatafakkaruun bertafakur pada penciptaan langit dan bumi, setiap ufuk dan pada diri/jiwa manusia.

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Qs. Ali Imron: 190)

2.      Adapun tadabbur berarti membaca, mengilmui dan memahami ayat-ayat Alloh yang tertulis (Alkitab, Al Quran), menggunakan metode tafsirul ayat bil ayat ( menafsirkan ayat dengan ayat) atau ayat bil hadits (menafsirkan ayat quran dengan hadits shohih) untuk dijadikan pedoman dalam menjalani hidup dan perikehidupan.

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an? Kalau kiranya Al Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (Qs. An Nissa: 82). 

3.      Dan tadzakkur adalah suatu pekerjaan sebagai tindak lanjut dari tafakur dan tadabbur sebagai refleksi ilmu dan kefahaman yang mendalam sehingga melahirkan kegiatan selalu ingat (dzikir) kepada Sang Pencipta Alloh Aza Wajalla. Seperti dalam  kalimat

maka ingatlah kalian kepada Ku maka Aku akan mengingatmu, dan bersyukurlah kepada Ku dan janganlah kalian termasuk orang-orang yang kufur. (Qs. Al baqoroh: 152)

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring .. (Qs. Ali Imron: 191)

Mengandung arti aktivitas zikir kepada Alloh SWT dapat dilakukan dalam setiap situasi dan kondisi,  ringan atau berat, dalam kesendirian maupun berjema’ah, terang-terangan atau sembunyi sembunyi. Dengan tujuan hanya membesarkan Dzat Alloh dengan segala sifat dan af’aliah Nya.
4.      Sedangkan tandhurun (melihat, memperhatikan dengan seksama) mengandung arti memeperhatikan sejarah masa lalu untuk kemajuan hari esok. Karena sejarah bukan sesuatu yang dibiarkan mati (lets go be by gone).  Tetapi sejarah adalah peristiwa yang tetap hidup (still living). Ada makna up grade  atas prestasi “keilahiyan” seseorang atau jama’i agar dilaksanakan proses muhasabah (penghitungan diri), sejauhmana proses pengenalan terhadap  diri sendiri  sebagai penjabaran kita tidak melupakan kurnia Alloh yang tidak ternilai ya’ni: hidup dalam komitmen kepada Nya (ketaqwaan). Sebagaimana (Qs. Al Hasyr: 18)

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.  (Qs. Al Hasyr: 18)

"Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu." (Qs. Al Isro: 14)


[1] Quran menyebutnya dengan istilah dlolal (sesat, bingung), dhulumat ( kegelapan).
[2] Kebalikan dari kesesatan, kebingungan dan kegelapan. Menyebutnya dengan istilah nur (cahaya), hidayah (petunjuk).
[3] Artinya pembeda dalam hal kemampuan membedakan antara kebenaran dan kebatilan berdasarkan kacamata, pandangan Alloh SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar