free web site traffic and promotion

Rabu, 11 Juli 2012

C I N T A


"Jangan  kaukira cinta datang dari keakraban yang lama dan pendekatan yang tekun. Cinta adalah anak kecocokan jiwa dan jika itu tidak pernah ada, cinta tak akan pernah tercipta dalam hitungan tahun bahkan milenia"

Itulah salah satu kata bertuah dari Sang Maestro. Penyair, filosof dan "sang nabi" dari Lebanon, Khalil Gibran.
Ungkapan Khalil Gibran tsb terkesan menolak kata-kata bijak yang hidup di negeri ini, Tresno jalaran soko kulino. Cinta lantaran terbiasa.
Namun, sebenarnya mungkin tidak. Para orang tua kita dulu, melihat cinta sebagai suatu proses. Bagaimana mungkin, dua anak manusia yang berlainan jenis bisa tiba-tiba saling jatuh cinta, tanpa mengenal lebih dahulu. Cinta tidak mungkin hidup hanya sekedar melihat penampilan sesaat. Yang tumbuh di hati, barangkali sebatas simpatik.
Sementara Khalil Gibran melihat cinta dari sudut maknanya. Cinta merupakan kecocokan jiwa. Tanpa itu, sekalipun dua anak manusia diikat tali perkawinan, takkan tumbuh perasaan cinta. Yang hidup, hanya sebatas saling membutuhkan atau rasa kasihan.
Namun, baik Khalil Gibran maupun para orang tua kita sepakat. Cinta tidak boleh dilandasi nafsu. Gibran malahan menggambarkan dengan kata-kata indah, "Cinta yang penuh nafsu adalah dahaga yang tak terobati". Dia akan menjadi budak nafsu, yang terus menerus mencari korban.
Gibran juga mengingatkan, cinta tidak boleh dipaksakan. Dia akan tumbuh alami, menembus sekat-sekat yang ada, karena cinta memang tak mengenal status atau usia
Tapi tampaknya, apa yang digambarkan Gibran tak mudah dilaksanakan. Kerapkali kita terjebak yang sifatnya duniawi. Cinta bukan hanya sekedar perasaan, tapi lebih banyak diterjemahkan menguasai dan memiliki. Siapapun yang menghalanginya akan didobrak dan diterjang, bahkan dimusnahkan, termasuk orang yang kita cintai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar