TIDAK PERNAH AKU
MERASAKAN TAKUT YANG DEMIKIAN MENCEKAM. MIRIS .... YANG BERLEBIHAN,
biasanya aku PD dalam segala hal
namun nyaliku ketika itu musnah tak bersisa. Demi Alloh …. Sungguh ini kejadian
(sebuah visi) yang sangat mencengangkan. Terjadi antara mimpi dan terjaga.
Dimana aku berjumpa seorang laki-laki tua yang berpakaian serba putih
bersahaja. Dia tersenyum penuh kearifan dan menggandeng tanganku penuh rasa
kasih. “Anaking kemarilah” katanya dengan suara yang khas, rasa-rasanya tak
asing bagiku tapi aku tak kenal siapa dia. Seperti dihipnotis aku mengikuti
setiap langkahnya. Disinilah visi aneh itu terjadi.
Kami tiba disebuah pintu serba putih dikelilingi
cahaya. “ sok anaking geura lebet” Saya pun memasuki pintu itu, Subhanalloh
pemandangannya sangat indah tak bisa digambarkan dengan kata kata apa lagi dilukiskan di atas kain
kanvas. Ku lihat taman-taman dengan bunga yang serba putih tapi berbeda
harumnya, diantara taman ada sungai mengalir dengan tenangnya, subhanalloh aku
tak habis-habisnya berdecak kagum. Aku melangkah lebih kedalam namun kakiku
tidak laju tertahan sesuatu yang tidak tahu apa.”Can waktuna anaking..” kata
pak tua. Aku tertegun, … penuh tanda tanya dan keinginan untuk memasukinya. Aku
lihat lagi, tiba-tiba muncul dihadapanku sosok yang sangat ku kenal, ya memang
ia sangat aku kenal dari ujung rambut sampai ujung kakinya. Dia memandangiku
sambil mengernyitkan dahi… (ia tak mengenaliku) tapi sesaat kemudian tiba-tiba
wajahnya berpaling dengan ketus dan judes. Aku sesak dibuatnya, lunglai seluruh tubuhku. Mengnapa ia begitu
membenciku sedang aku tahu ia adalah aku, …aku …. Aku.
Belum lagi pulih dari lunglainya tubuh ini, serta
merta taman indah bermandikan cahaya itu hilang lenyap berganti kilat dan petir
menyambar-nyambar serta jeritan serta raungan orang-orang kesakitan.
Dan rintihan itu semakin jelas … jelas dan terus
terngiang ditelingaku “ ammmpuuun gusti, … ampuuun gusti ….” Semakin menjadi
jadi. Aku merasa pengap tak bisa bernafas, kaku tak bergerak.
Pemandanganpun tiba-tiba berangsur putih seperti
ngagayuh ka subuh (waktu sebelum fajar). Walau tak begitu jelas aku melihat,
namun nampak di sana, …. Masya Alloh….. kumpulan orang-orang yang
bermacam-macam, tapi kebanyakan mereka adalah hitam (tutung- renghek). “
Anaking tingali ke belah kenca” tiba-tiba suara pak tua mengagetkanku… Dan aku
menoleh ke sebelah kiri. Tak ada apa-apa, semuanya sama gelimpangan orang-orang
yang terkapar serta jerit tangis dan rintihan. Tapi sebentar,…. Ada sosok yang
terpisah dengan tengadah tangannya ia beristighfar, astagfirulloh hal adhim
….astaghfirulloh hal adhim … terus beristighfar. Aku lihat dari ujung rambutnya
sampas ke bawah kakinya, ya Robb astaghfirulloh ya Robb … ia penuh dengan luka
sepeti borok yang mendalam. Semakin jelas visi itu dan semakin mendekat…
semakin perih aku melihatnya. Lubang hitam itu tembus ke dalam jantung dan
hatinya. Seperti kanker yang mencabik hati, …. Hatinya karancang dan habis.
Betapa penderitaannya sehingga tubuhnya seperti itu. Tidak hanya itu kulihat mukanya berbekas seperti bekas
alur air mata. Dadas keriput dan tersayat. Pedih……ya Alloh.
Ketika visi itu semakin mendekat seraya tanganya
meraih ke arah ku, namun tak sampai sama seperti aku ingin meraih masuk taman
yang indah tadi. Dia menjerit sekeras kerasnya “diriku … tolonglah aku,
diriku…. Tolonglah aku…” teus mengulang kata-kata itu. Aku terperangah dan tak
percaya ia memanggilku dengan diriku. Aku tidak mengenalnya…. Ya Alloh benarkah
ia diriku dan aku ini dirinya. ?
LANGGENGKEUN WUDLU (Tetap dalam keadaan suci dari hadas)
Aku diingatkan oleh si pa tua katanya langgengkeun
wudlu, langgengkeun wudlu, langgengkeun wudlu (tetap dalam keadaan suci dari
hadas kecil maupun besar). Tentunya wudlu dengan konsekuensinya yaitu menjaga
segala apa yang membatalkan wudlu itu. Juga tak luput dari filisofinya;
a.
mencuci tangan artinya mebersihkan tangan kita dari
perbuatn-perbuatan dosa. Tidak memegang tangan ini kecuali yang berhaq
dipegangnya. Tidak memukul kalau memang bukan untuk dipukulkan.
b.
mencuci/membersihkan mulut (berkumur) artinya menjaga
setiap perkataan yang kita ucapkan. Sabar dalam berucap. Tidak sepantasnya berucap,
beritikad dan berikrar yang keluar dari ketentuan agama
c.
membersihkan hidung, artinya penciuman yang dibolehkan
adalah penciuman kepada yang haqnya, tidak semena-mena mencium bebauan
d.
membasuh muka adalah gabungan dari semua organ yang ada
di muka yang artinya pun meliputi melihat, berbicara, mengambung, mendengarkan
serta berfikir (bagian mengusap kepala) secara suci dan tidak terpengaruh oleh
hawa-hawa syaithoni yang senantiasa merongrong aktivitas kita seharihari bahkan
setiap detik dan seconnya.
e.
kemudian mencuci kedua belah kaki artinya berjalanlah di
atas rel yang telah ditentukan Alloh, jangn lantas terpeleset atau sengaja
memelesetkan kaki kita ke jalan yang tidak mendapatkan ridlo dan syafaat Nya.
Ketertibannya artinya dalam setiap
langkah berlakulah tertib yaitu mendahulukan yang awal dan mengakhirkan yang
akhir. Adanya suatu planning, adanya suatu timbangan dalam menentukan dan
menempuh hidup ini. Atau secara singkat disebut proforsional dalam segala
tindakan.