free web site traffic and promotion

Rabu, 15 Agustus 2012

JANGAN SAMPAI KEBERADAAN KITA ADALAH KETIADAAN DAN KESIA-SIAAN


Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah Telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (Qs. Al Jatsiah: 23)


Makna hidup bagi setiap orang berbeda-beda bergantung bagaimana ia memahami konsep hidup yang ia jalani. Konsep hidup dan kehidupan seseorang yang dimaksud  adalah bagaimana seseorang merumuskan awal keberangkatan (paniyatan) dan tujuan yang hendak dicapai yang berupa tergetan-targetan berjangka. Mau seperti apa, mulai dari mana, atau hendak kemana hidup ini ditujukan serta sekarang harus berbuat apa? Inilah awal pemaknaan hidup dan keidupan  seseorang. Yang pasti kejelasan dari suatu konsep hidup akan menunjukkan warna, karakter dan akhlaq  hidup seseorang. Dan Inilah makna hidup. Bagaimana dengan Anda?
Para ahli ada yang mengkatagorikan konsep hidup yang dijalani seseorang dalam hidup dan kehidupan ini ke dalam berbagai macam konsep.  Konsep ananiyah mislnya, yang mengusung konsep “kumaha aing” rek kitu rek kieu ah kumaha aing weh. Tak peduli orang lain yang penting Aku. Sebgaimana kata Ana dalam bahasa Arab berarti aku… sangat-sangat menjunjung tinggi keakuan. Dari pemahaman konsep hidup ini orang akan cenderung mencari kebebasan sekehendak diri - semaunya di alam dunia. Aturan hidup yang diterapkannya adalah dirinya.
Atau barangkali ada pemahaman konsep hidup seperti “hedonisme”, yang sebagaian besar manusia memilih faham ini dan menjadi fanatik  dengannya.  Pemeluk konsep ini menganggap bahwa kehidupan akan bermakna ketika kehidupan ini mulai dari sesuatu yang enak dan berakhir dengan hal yang enak pula. Pendek kata mereka senantiasa mendasari hidup dan kehidupannya dengan sesuatu yang serba enak-enak saja. Hidup ia jadikan sarana mengumbar hawa nafsu, yang utama dan petama baginya adalah yang penting enak, sebagaimana Qs 45: 23, yang artinya: “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah Telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
    Selogan yang penting enak ini demikian membahana dalam gelombang otak dan kesadaran manusia, sehingga tiada yang penting dan maha penting kecuali yang enak itu. Pada gilirannya yang menjadi sesembahannya (illah) adalah hawa (keinginan serba enak itu).  Semoga kita terhindar dari hal sedemikian.
Tentu saja dari pemahaman dan keyakinan akan kehidupannya orang akan sekuat tenaga melimpah ruahkan apapun untuk mewujudkan konsep pilihanya. Jadi tak heran kehidupan yang dijalani manusia sangatlah kompeks, dan dari kompleksitas inilah orang mengatakan Ya …. Inilah Aku (hidupku).
Namun kadang ada pula orang yang seakan tak punya makna dalam hidupnya. Kehidupan yang ia jalani seakan air mengalir, …Ia jalani hidup karena tidak mati saja. Dalam alquran dikatakansebagai difal haya wadifal mamat, kerugian – ketidakberhargaan ketika hidup dan matinya , bahkan keberadaan dirinya tidak dikehendaki yang lain, tidak menggenapkan alias teu ngaruh. Keberadaan dan ketiadaannya tidak merubah sesuatu.
Mencermati hal itu, Islam telah lebih dahulu menuntun ummatnya agar benar-benar memaknai hidup melalui tuntunannya. Bahwa ada kewajiban awal bagi manusia supaya manusia tidak gamang menjalai hidup dan agar supaya manusia menentukan tunjuan hidupnya sesuai dengan keberadaan ciptaannya.

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Qs. Ad Dzariyat: 56)
Tidak diciptakan jin dan manusia kecuali untuk menghambakan dirinya kepada SWT.
Terkait keberadaan manusia ilnilah, maka lahir tanggungjawab yang merupakan pekerjaan semua umat manusia yakni,

99.  Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).(Qs. Al Hijr)

Inilah pesan besar yang dibawa para Rosul melalui quran dan risalahnya, bahwa keyataannya hidup ini adalah untuk membangun sebuah keyakinan. Semenjak manusia baligh dan mengetahui haq dan bathil maka keyakinannya dipertaruhkan untuk memaknai hidup dan kehidupannya. Sebab dari keyakinanlah akan lahir manusia manusia mandiri yang mempunyai visi dan misi hidup, bahwa kita tidak bermimpi dan tidak sedang di alam mimpi.
Wallohu’alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar